Cintanya Jauh Lebih Berat Dari Siapapun Bab 4
sumur di ladang: semi nge-raw (kakuyomu)
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
[Bab 4/10]
"Nah, apa maksudnya bakal buat aku bahagia?"
"Persis kaya yang aku bilang."
"Kalopun kamu bilang gitu.... Apa sebenernya maksudnya?"
"Buat ngasih Satou-kun kehidupan yang nyaman, kurang-lebih?"
Aku tidak berpikir ada kewajiban untuknya sampai sejauh itu.
Aku baru bertemu wanita ini lagi setelah sekian lama. Walau demikian...
"Omong-omong? Apa kamu beneran bakal dateng ke tempatku?"
"Udah jelas kan. Aku mesti bersihin kamar Satou-kun."
"Tapi aku ngga minta."
"Aku ngajuin diri."
"Kebaikan sepihakmu itu bakal buat bikin orang lain ngga bahagia, tau."
"Aku ngga bisa begitu aja nutup mata dari seseorang yang butuh bantuan, kan."
Lampu indikator merah di atas kepalaku menunjuk ke "4" dan akupun turun dari lift.
Lalu, seolah itu alami, Shirakawa Yuna ikut turun sambil tersenyum.
"Sedikit aja, kenapa kamu ngga waspada. Aku juga laki-laki, tau?"
Sambil mengatakan itu, aku berjalan ke kamar 403 dan mengeluarkan kunci.
Pintu terbuka dan aku bertanya padanya, "Apa kamu yakin mau masuk?" dan kemudian, Shirakawa Yuna membuka mulutnya dengan senyum lebar.
"Satou-kun...... kamu tinggal di sini? I, ini bohongan, kan......?"
"Kamu coba ngomong apa sih?"
"B, bukan apa-apa...... Itu, aku tetanggamu."
"Bisa ulangi......?"
"Kaya yang aku bilang. Aku penghuni kamar 402!"
***
Bersua kembali sepuluh tahun kemudian dengan cinta pertamaku, orang yang membuatku jatuh cinta di SMA.
Selain itu, kami tinggal bersebelahan, tetapi aku tidak menyadarinya sama sekali sampai sekarang.
Bagaimana ini mungkin?
Apa mungkin bisa kejadian seperti ini?
"Kita tinggal bersebelahan...... Apa ini takdir?"
"Jangan ucapin pake cara yang mbingungin."
"Tapi itu romantis, kan?"
"Apa menurutmu begitu padahal kamu lagi bersihin kamar?"
Aku bekerja untuk perusahaan gelap dan bekerja dari pagi hingga malam.
Karena itu, aku menghabiskan hari-hariku hanya dengan makan dan tidur saat aku di rumah.
Mungkin karena gaya hidup inilah kamarku dipenuhi dengan kotak makan dan mie cup dari minimarket. Aku mencoba membersihkannya, tetapi selalu gagal.
"Omong-omong, Satou-kun. Lihat nih jamnya.”
Aku memeriksa jam dan mendapati bahwa waktu berlalu lama.
Maksudku, kombo lengkap macam apa yang harus dibersihkan setelah makan dan minum?
"Kita adalah anggota masyarakat pekerja. Jadi kita harus berangkat kerja besok pagi."
Sepertinya Shirakawa sendiri semakin menyadari fakta bahwa dia sudah dewasa.
Dia sudah menjadi anggota masyatakat pekerja yang baik, dan secara kasar bisa diartikan, dia adalah budak perusahaan.
"Jadi, aku punya usulan."
Shirakawa menyeka keringat dari dahinya.
"Pertama, buat ngelanjutin bersih-bersihnya."
Jika kita tetap dan terus melanjutkannya, bersih-bersih ini akan selesai tepat saat matahari terbit.
"Yang satunya, buat nunda sampe hari libur. Mana yang lebih bagus?"
Aku adalah tipe orang yang menunda hal-hal yang tidak aku sukai. Tentu saja, jawabannya pastilah yang terakhir.
"Oke. Kalau gitu, siap-siap buat nginep."
“Siap-siap buat nginep......? Apa yang kamu omongin?"
"Kamu bakal nginep di kamarku sampai aku selesai bersihinnya."
"Apah? P, proses berpikir macem apa yang kamu gunain buat sampai ke kesimpulan itu?"
"Aku ngga bisa ninggalin Satou-kun di kamar yang berantakan gini."
Aku kira itu seperti ada anak kucing yang ditinggalkan di dalam kotak kardus dan dia merasa kasihan padanya dan tidak bisa meninggalkannya sendirian. Apapun itu, aku menolak.
"Ngga bakal aku biarin. Kamu harus nginep di tempatkuku hari ini. Kamu ngga punya hak buat menolak."
Kamar Shirakawa Yuna kosong. Atau bisa aku katakan tidak ada rasa kehidupan.
Hanya dengan menjalani kehidupan normal, siapa pun dapat merasakan kehidupan.
Meskipun demikian, hanya ada tempat tidur, meja, dan dua kotak kardus di sudut, dan tidak ada hal lain di ruangan itu.
Dapurnya dilengkapi dengan pressure cooker dan alat-alat rerotian rumahan.
"Kamu bisa mandi duluan."
Aku menuruti perkataannya dan meminjam bak mandinya, dan saat aku kembali ke kamar, Shirakawa Yuna sedang mengetik di keyboard komputernya. Apa dia sedang mempersiapkan bahan kerja?
"Kamu masih kerja?"
"Ahahaha... ngga apa-apa. Segini doang aku bisa nanganin."
"Aku ngga ingin menyinggung kamu bilang ini, tapi..."
Setelah mengatakan itu, aku memutuskan untuk memberitahunya apa yang kupikirkan.
"Kalo itu cewek secantik Shirakawa, aku yakin cowok-cowok ngga bakal anggurin kamu sendiri. Kalo itu masalahnya, bukannya lebih baik buat kamu dapetin cowok yang baik terus membina rumah-tangga?"
Shirakawa Yuna adalah sosok gadis cantik yang terbantahkan. Dan kini, seorang wanita cantik.
Aku pernah melihat berbagai pria mengutarakan perasaan mereka padanya.
Aku sadar ini bukan tempatku untuk mengatakan apa pun tentang kehidupan seseorang, tetapi aku masih tidak mengerti jalan hidupnya.
"Jadi, aku punya satu pertanyaan buatmu. Sosok cowok yang baik itu kaya gimana?"
"Laki-laki yang berpenghasilan tinggi, tampan, baik ke semua orang, terus...... ya, aku rasa, seseorang yang setia sama satu orang...... mungkin."
"Hmm. Terus cewek yang baik itu kaya gimana, Satou-kun?"
Hal pertama yang terlintas di benakku adalah sosok wanita di depanku.
"Mukamu jadi merah, kaya siapa tuuu? Aku jadi penasaran nih."
"A-Aku ngga peduli kaya siapa itu. Aku mau tidur duluan."
"Iiih~ malu-malu. Lucu banget deh kamu, Satou-kun."
"B, berisik!!..... Aku tidurnya dimana?"
"Kamu bisa pake kasurku. Tidur yang nyenyak ya. Met malam."
"Ya, selamat malam. Shirakawa."
Regards: Mimin-sama
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
NOTE: cie cie, tapi SUS
Mbah Du-chan (Atmin)Makasih udah mampir disini, jangan lupa buat ninggalin jejak.
Kalo ada kesalahan, koreksi, kritik, atau saran, kasih tau mimin di komentar ya~ Sampai ketemu lagi~
Dukung kami dengan memberikan beberapa suntikan BANSOS melalui Trakteer