Cintanya Jauh Lebih Berat Dari Siapapun Bab 3
sumur di ladang: semi nge-raw (kakuyomu)
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
[Bab 3/10]
"Oi...... lepasin tanganku. Ntar lengan bajuku sobek."
"Ini salahnya kamu, Satou-kun. Soalnya kamu nyoba kabur."
"Kalo aku berurusan sama kamu, yang ada aku punya firasat buruk doang."
"Padahal aku pengen buat kamu bahagia."
Katanya dengan cemberut.
Kupikir dia hanya ingin melakukan hal yang baik.
Aku menyedihkan, bisa dibilang. Jadi kukira dia ingin berbuat baik kepadaku dan mendapat kepuasan.
Kadang-kadang aku juga ingin bersikap baik kepada seseorang dan merasa puas dalam diriku sendiri.
Tapi kau tahu, itu adalah bantuan yang tidak diinginkan.
Lagipula, menjengkelkan untuk mendapati orang lain mencampuri kehidupan kita sendiri.
"Kamu beneran datang ke rumahku, ya?"
Dengan pintu otomatis ada di depan kami.
Aku merogoh sakuku untuh mengambil kuncinya.
"Iya, soalnya aku udah bersumpah buat bikin kamu bahagia."
Aku yang bermasalah kalau kau mengatakan kalimat itu sesukamu.
Dia menggenggam tanganku seolah-olah tidak akan pernah melepaskanku.
Caranya menggenggam tanganku seperti genggaman tangan antara kekasih.
Yah, itu tidak terlalu buruk, mengingat aku bergandengan tangan dengan seorang wanita cantik.
"Aku ngga ingat buat minta kamu bahagiain aku."
"Jadi kalo seseorang ngga minta bantuan, Sato-kun ngga bakal bantu mereka?"
"Ntahlah. Sayangnya, aku udah kelewat sibuk ngurusin urusanku sendiri."
Dengan pandangan jauh di matanya, aku menatap langit malam di mana bintang-bintang bertebaran.
"Eh......? Bukannya itu UFO?"
Shirakawa Yuna lebih mudah tertipu daripada yang kukira saat aku mencoba mengelabuinya.
Dia melihat ke atas kepalanya, seraya berkata, "Mana, mana?"
Disana, sambil memberikan petunjuk itu, aku membuat jarak dengannya, lalu buru-buru mengeluarkan kunci, dan segera masuk ke apartemen seolah kabur.
"Haaaah...... A, aku selamat. Dia terlalu nakutin......"
Dari apa yang kudengar saat makan malam, Shirakawa Yuna bekerja di sebuah perusahaan bergengsi.
Bahkan kalaupun aku melakukan handstand, mustahil bagiku untuk bisa masuk kesana.
Wajar untuk berpikir bahwa itu terlalu mencurigakan seorang wanita yang bekerja untuk perusahaan seperti itu berbuat baik kepadaku, seorang karyawan kecil kelas teri.
Dia membayar makanan kami dengan kartu kreditnya, dan anehnya dia bersikap ramah dan akrab denganku.
Bagaimanapun, hidupku akan runtuh kalau aku lengah.
Mencoba membawanya masuk ke rumahku.
Ambil alih utang. Lalu pekerjaan berbahaya mengantarkan bubuk putih.
Tuntutan seperti apa yang akan mereka buat padaku? Memikirkannya saja sudah menakutkan.
Bagaimanapun, aku harus berhati-hati dalam memperlakukan wanita cantik.
"Gimanapun...... ini adalah perpisahanku sama...... dia......?"
Pintu kunci otomatis terbuka.
Orang yang masuk, tentu saja, adalah wanita yang aku tidak ingin berurusan dengannya.
Dengan bunyi langkah dari tumitnya, dia berlari dan berdiri di sampingku.
"Iih---- Jangan main tinggalin aja dong. Aku ngga mau sendirian."
"Eh......? Kok......ka, kamu, bisa buka pintunya?"
Menanggapi kebingunganku, Shirakawa Yuna membuka mulutnya.
"Soalnya aku juga penghuni apartemen ini."
Seperti yang dia katakan, dia memiliki kunci di tangannya.
Itu adalah sesuatu yang hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang tinggal di apartemen ini.
"Hei, yang lebih penting, di mana UFO-nya? Ayo, cari bareng."
Shirakawa Yuna menarik lenganku dan mencoba menarikku keluar.
Tapi aku bertahan dan menggumamkan sesuatu yang sudah jelas.
"Ngga mungkin ada yang begituan kan. Itu udah jelas banget. Itu bohongan doang, bohong."
"Eh…? P, padahal aku udah percaya... I, itu cuma bohongan."
Dia terlihat sangat kecewa. Aku tidak tahu seberapa besar dia mempercayaiku.
Padahal kami tidak sedekat itu saat kami masih di sekolah.
"Harusnya kamu tahu itu kan. Ngga mungkin ada yang namanya UFO. Anak SD aja tahu itu. Tapi......, segampang apa sih kamu bisa percaya sama orang?"
"Soalnya... soalnya... soalnya itu Satou-kun...... yang bilang."
Jangan lihat aku dengan mata memelas, juga sama mata yang seolah hampir menitikkan air mata.
Ini seperti aku melakukan sesuatu yang salah. Meski memang benar kalau ini salahku karena berbohong padanya.
"Ini salahku. Maaf udah bohongin kamu."
Bagaimanapun, ada satu hal yang aku pelajari.
Aku yakin dia bukan orang jahat, Shirakawa Yuna ini.
Mungkin benar kalau dia adalah orang yang akan menuntut balas budi.
Meski begitu, tetap saja, dia dengan polos mempercayai kata-kata orang sepertiku.
"Aku udah, lihat bagian yang terburuk dari orang-orang karena pekerjaanku......"
Setiap kali aku bertemu teman sekelasku lagi, aku sering didekati dengan cerita yang tercium berbahaya. Aku memperhatikan mereka dengan mata waspada.
Meski dia terbuka padaku. Aku tidak terbuka padanya.
Tapi mungkin aku bisa memercayainya, meski hanya sedikit saja.
Maksudku, dia cukup polos untuk mempercayaiku saat aku memberitahunya ada UFO.
"Jangan pernah bohong sama aku lagi, ya. Janji. Aku bakal ngerasa kesepian lho."
"Aku ngga bisa janji. Tapi, aku bakal berusaha."
Saat aku menjawab begitu, Shirakawa Yuna membalasku dengan senyum lebar.
Aku sangat terpesona oleh senyumnya sampai-sampai aku tanpa sadar berbalik dan kemudian menaiki lift. Dia kemudian menyusulku naik lift dengan langkah cepat, seolah-olah dia tidak ingin tertinggal lagi.
"Tapi...... aku juga bilang satu kebohongan sama Satou-kun, jadi aku rasa kita itu sama?"
"Hmm? Apa kamu bilang sesuatu?"
"Aku seneng akhirnya kita bisa berduaan."
"Kalo kamu coba buat ngerayu aku, urungin aja niat itu. Aku bukan laki-laki yang bernilai."
Regards: Mimin-sama
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
NOTE:
Mbah Du-chan (Atmin)Makasih udah mampir disini, jangan lupa buat ninggalin jejak.
Kalo ada kesalahan, koreksi, kritik, atau saran, kasih tau mimin di komentar ya~ Sampai ketemu lagi~
Dukung kami dengan memberikan beberapa suntikan BANSOS melalui Trakteer