Cintanya Jauh Lebih Berat Dari Siapapun Bab 9
sumur di ladang: semi (mayoritas) nge-raw (kakuyomu)
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
[Bab 9/10]
"Aku pulang~. Ahh, Aku sudah bekerja keras~."
Dengan suara ceria seperti biasa, 'Dia' pulang ke rumah.
Mengerang, dia tampak seperti akan jatuh di lorong pintu masuk.
Maksudku, dia biasa ambruk disana.
Dia menggerakkan kepalanya dan menatap saya.
Dia sepertinya ingin aku datang untuk membantunya, tapi aku tidak bergerak sedikitpun.
"Iiih. Kok ngga ada kata penyemangat pulang kerja sih......"
Dia meletakkan tangannya di lantai dan berdiri seperti zombie.
Dia menggembungkan pipinya dan bergumam bahwa dia lelah.
Tapi aku membalas dengan kata apapun padanya.
"Kazuki-kun...... apa kamu ngga puas sama sesuatu? Apa aku udah ngelakuin sesuatu yang salah?"
Matanya menengadah ke atas, seolah-olah dia sedang merenungkan perilakunya sendiri.
Aku tidak yakin apakah dia memikirkannya dengan serius atau tidak, tapi dengan gumaman "hmm, hmm" dia menggerakkan kepalanya.
Masih belum bisa menyimpulkan, dia pergi ke dapur untuk mencuci tangan dan berkumur. Itu adalah hal pertama yang dia lakukan ketika dia sampai di rumah.
Biasanya, dia ingin memelukku begitu aku membuka pintu.
Tapi dia tidak kuasa untuk menyentuhku dengan tangan yang telah menyentuh benda-benda kotor di luar.
Setelah menyabuni sabun dan menggosok sampai ke sela jari-jarinya, dia mendatangiku dengan senyum lebar di wajahnya.
Tanpa ragu-ragu, dia melesat padaku.
Dengan satu pikiran ingin ditangkap dalam pelukan.
Tapi tidak mungkin aku bisa menangkapnya sekarang karena aku tahu kebenarannya.
"Jangan sentuh aku."
Aku menepis tangannnya yang mendekatiku dengan kedua tangan terulur.
"Eh......?"
Dia membuka tangannya lagi, tapi tidak mungkin aku akan pergi memeluknya.
Dia mencoba lagi dan lagi, tetapi hasilnya sama.
Kemudian suara memekakkan memenuhi ruangan.
"Kenapa kamu jadi jahat gini sih? Kejam banget ngerenggut kesenangannya aku."
Dia tidak menyangka akan mendapatkan penolakan.
Bagaikan seseorang yang berdiri sendirian di negeri asing.
Dan kemudian rona wajahnya berubah, seolah-olah dia menyadari sesuatu yang tidak beres.
"Eh...... ada bau aneh. Apa kamu masukin seseorang ke dalam rumah?"
"Aku kasih ibuku masuk."
"Kenapa kamu ngelakuin itu?"
Wajah paling menakutkan yang pernah kulihat.
Dia tidak menatapku sama sekali, tapi sepertinya dia merencanakan sesuatu yang mengerikan.
Kengerian misterius yang tak tertahankan.
Sambil memukul-mukul kakiku yang gemetar ketakutan, aku memutuskan untuk menghadapinya, tidak lari atau sembunyi.
"Kau bukan Shirakawa Yuna. Dia sudah meninggal."
"Aku hidup, aku di sini, kan. Persis di depan matamu. Peluk aku."
Kemudian dia yang memproklamirkan diri sebagai Shirakawa Yuna tersenyum dan mengulurkan tangannya padaku.
Tapi senyum itu perlahan memudar. Senyuman. Raut wajahnya. Seolah-olah dia dalam kesulitan yang parah.
Dia dihadapkan dengan kenyataan bahwa pria yang dia rawat tidak bergerak sama sekali.
Seolah-olah hewan peliharaan yang dia cintai bertindak melawan perintahnya.
"Gitu ya, aku paham, aku paham...... semuanya udah terungkap ya, ahaha."
Haaaaaaah, helaan napas yang dalam.
Itu bisa didengar selama beberapa detik atau puluhan detik.
Kemudian dia memegangi kepalanya.
"AHAAHAAHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHAHAAHAHAHA.”
Dia mulai tertawa seolah-olah dia gila.
Dengan suara bernada tinggi yang aneh yang masih terngiang di telingaku.
Dia mencakar kepalanya.
Dia meraih dan menghamburkan banyak sekali tisu dengan tangannya.
Ketika semua potongan kertas putih itu yang beterbangan di udara jatuh ke lantai.
Tiba-tiba, tawanya itu berhenti. Begitu tiba-tiba, tanpa peringatan apapun.
Dia perlahan berdiri dan menundukkan kepalanya dengan lemas.
"Terus? Apa masalahnya?"
Dia memuntahkan kata itu dan mengambil langkah lanjut ke arahku.
Seolah-olah tidak ada yang terjadi.
“Hah......? K, kau...... apa maksudnya?"
Wajahku menegang.
Aku hampir tidak bisa merasakan jari-jariku. Akibat dari rasa kengerian ini.
Perasaan kebas misterius menusuk kulitku.
Rasa gemetar tidak hilang sama sekali, dan aku menjadi sangat panik.
"Jangan mendekat...... k, kenapa...... kau mendekat?”
Tapi wanita yang berdiri di depanku ini tidak berhenti berjalan.
"Soalnya kita itu pasangan suami istri. Kita ngga bisa terpisahkan, ya kan?"
Seolah hal yang wajar, dan dengan ufufufu, dia tersenyum menakutkan.
Udara terasa lebih berat dari sebelumnya.
Naluri saya mengatakan kepada saya.
Lebih baik untuk segera menyingkir dari tempat ini.
"Apa kita mau main kejar-tangkap di ruangan kecil~?"
Di ruang apartemen untuk satu orang.
Untuk mengulur waktu, aku berlari ke dinding di mana aku bisa mendapatkan jarak paling jauh darinya.
Namun demikian, hal ini tidak menyelesaikan masalah.
Tidak ada tempat untukku lari.
Di belakang wanita dengan paras putih yang tidak biasa itu adalah pintu depan.
Haruskah aku buka jendela dan melompat keluar?
Tidak, itu tidak mungkin. Ini adalah lantai empat.
Bahkan jika aku lolos kematian seketika, aku pasti akan menderita cidera serius.
"Siapa kau? Katakan namamu, namamu."
Aku mengajukan pertanyaan yang paling penting dari segalanya.
"Aku Shirakawa Yuna."
Tanpa menunjukkan kebencian sama sekali, dia menjawab dengan santai.
Menanggapi kemarahan yang aku tunjukkan, dia menatapku dengan mata penasaran.
“Tidak, bukan itu. Itu bukan nama aslimu. Siapa kau sebenernya?"
"****"
Mungkin menangkap apa yang aku maksudkan, dia memberi tahuku nama aslinya.
[Aku suka kamu. Aku cinta sama Satou Kazuki-kun.]
Dia——gadis yang mengutarakan cintanya kepadaku untuk pertama kalinya dalam hidupku.
[Jika kau lenyap, Satou-kun bakal jadi punyaku.]
Dan juga, orang yang memberiku dan Shirakawa Yuna kesempatan untuk bersatu.
"Ti, tidak mungkin...... K, kenapa...... K, kau......"
Terdiam selama belasan detik, dan kemudian saya tidak bisa menahan diri untuk tidak melontarkan kata-kata.
Karena dia di depanku dan dia yang muncul kembali dalam ingatanku adalah orang yang sama sekali berbeda.
"Aku menjalani operasi plastik. Agar bisa diterima sama Kazuki-kun. Aku bekerja sangat keras!"
Dia rupanya menginginkan aku dan Shirakawa Yuna untuk bersatu.
Bahkan jika hal itu mengakibatkan dia harus dikeluarkan dari sekolah, dia pikir itu akan baik-baik saja jika orang yang dicintainya bahagia.
Tetapi tiba-tiba, sebuah kejadian yang tidak diinginkan terjadi.
Kematian Shirakawa Yuna, yang tidak bisa diduga oleh siapa pun.
Melihatku yang berangsur-angsur hancur karena musibah itu, dia berpikir.
[Yang harus aku lakuin adalah....... jadi Shirakawa Yuna. Aku harus buat dia bahagia.] gagasnya.
Dia sejak awal unggul dalam kemampuan studi dan lulus ujian masuk Universitas Imperium Lalu*.
Saat masih di universitas, ia mulai bekerja di bisnis hiburan (malam) dan akhirnya bahkan menjual tubuhnya sendiri untuk mendapatkan uang.
Ini semua untuk bisa menjadi Shirakawa Yuna.
Agar aku tidak terpuruk lagi. Demi membuatku bahagia.
Bahkan meskipu harus mendapati keluarganya memutuskan hubungan dengannya.
[Mohon. Mohon buat aku terlihat seperti dia, seperti Shirakawa Yuna.]
Dengan mengelabui, dia menjalani operasi plastik dan terlahir kembali dengan penampilan yang baru, sosok terkasihku.
[Siapa hayoo~?]
Dan kemudian dia muncul di depanku. Dengan menyebut dirinya sebagai Shirakawa Yuna.
Dia berpura-pura menjadi seseorang yang sudah lama tidak kulihat. Dia bahkan sampai repot-repot menyewa kamar sebelah.
Seolah-olah dia mengklaim bahwa semuanya adalah kehendak takdir.
Dia datang menemuiku segala sesuatu yang sudah diperhitungkan matang.
"Gila...... Kau ini. Kau sakit...... Orang biasanya ngga sampai sejauh itu."
"Sakit......? Apa iya? Aku pikir gadis normal bakal ngelakuin apa aja buat bikin orang yang mereka cintai bahagia."
"Gadis normal ngga ngejalanin operasi plastik buat pura-pura jadi seseorang yang bukan dirinya."
"Aku cuma suka Kazuki-kun. Selama itu bisa buat Kazuki-kun tersenyum sama aku."
Wanita ini tidak tahu bagaimana bertindak wajar. Dia bertindak hanya dengan niat baik.
Dia bertindak dengan keyakinan bahwa saya akan senang dari lubuk hatinya yang terdalam.
Lalu——aku berteriak kepadanya terhadap apa yang telah dia utarakan.
"KAU PIKIR AKU BAKALAN BAHAGIA APA!! KAU UDAH BOHONGI DAN NIPU AKU SELAMA INI."
Aku tidak bisa menerima kematian Shirakawa Yuna, jadi aku memutarbalikkan ingatanku.
Meskipun dia tidak di sampingku, aku memimpikan sebuah dunia di mana kekasihku tercinta, Shirakawa Yuna menjalani kehidupan yang damai penuh senyuman di tempat yang tidak kukenal, dengan seseorang yang tidak kukenal. Aku ingin percaya bahwa dia setidaknya masih hidup.
Tapi, aku terjebak disana.
"Aku ngga nipu. Aku cuma membalut Kazuki-kun sama kebohongan yang lembut."
"Kau harusnya datang menemuiku macem orang normal....... Nyemangatiku macem orang normal."
Baik aku sendiri maupun dirinya sama-sama salah.
Aku seharusnya menerima kematiannya dan melangkah maju melanjutkan hidup.
Dan dia seharusnya tidak pernah menyebut dirinya Shirakawa Yuna dan cukup datang menemuiku dengan cara yang normal. Hanya dengan begitu, aku dan dia bisa bahagia. Tapi kemudian——
"Kalo gitu, apa kamu mau cintai diriku yang jelek? Apa kamu bakal milih aku? Ngga, kan? Kamu nolak aku waktu itu, kan? Kamu ngga cinta sama aku, kan? kamu nolak aku soalnya kamu suka sama Shirakawa Yuna, kan? Kamu ngga milih aku soalnya aku jelek, soalnya aku ngga cantik, kan?"
Mengatakannya dengan susah payah. Kata-kata pacar saya sangat gamblang. Semuanya tak terbantahkan.
Jika itu adalah sosok jeleknya pada saat itu, apa aku akan mengikuti dia untuk undangan makan malam, apa aku akan bersedia mengajaknya ke kamarku, dan terutama, apa aku akan mau menghabiskan malam bersamanya? Tak satu pun dari hal-hal ini akan terjadi.
Ada keheningan panjang untuk beberapa saat.
Dia 'lah yang pertama membuka mulutnya.
Maaf ya, dia meminta maaf dengan ringan.
Aku mengharap dia untuk mengatakan sesuatu yang lain, tetapi sebaliknya dia berbicara kepadaku seolah-olah tidak ada yang terjadi sejauh ini.
"Jadi, apa yang mesti dilakuin buat makan malam nanti malam? Gimana kalo kita jalan ke akuarium bareng akhir pekan ini? Hei~ hei~ gimana, Kazuki-kun.?"
"H, hei...... kau ini, apa yang kau bicarain? Macem kita...... biasa......"
"Emang bener aku udah lakuin sesuatu yang bisa disebut nipu, tapi......"
Dia tersenyum, menghentikan kata-katanya sekali.
"Aku yakin kamu bersenang-senang sama aku, ya kan? Kamu ngerasain kebahagiaan sama aku, kan? Kalo gitu udah cukup. Ngga ada yang perlu dibingungin."
"A, aku...... ng, ngedapetin balik ingatanku——"
Kata-kataku terhenti sejenak.
"Kalo ingatan kamu balik, kenapa ngga kamu hapus aja? Aku bakal bantuin. Lain kali, ayo buat seolah-olah Kazuki-kun sama aku udah bersama dari awal. Ngga apa-apa, itu ngga bakal sakit.”
"Aku...... Aku...... cinta sama Shirakawa Yuna...... Aku cinta dia."
"Dia udah mati. Dia ngga ada di dunia ini lagi."
"Biarpun gitu, aku tetep...... Aku...... cinta....... sama Yuna......."
"Aku mau kasih tahu kamu sesuatu yang bagus. Kazuki-kun."
Dengan mengatakan itu, dia menggantungkan lengan putihnya di leherku.
Sambil mengencangkannya aku tidak bisa melarikan diri.
Dia juga mendekatkan wajah ke telingaku.
"Orang mati itu ya, bisa bikin orang yang masih hidup merana, tapi ngga bisa bikin yang masih hidup bahagia, soalnya mereka tidak bisa ngapa-ngapain.”
Ucapnya dengan nada mengejek.
Kemudian, setelah dia menatap wajahku.
Lalu, dia bergumam dengan suara kecil.
"Sedangkan kalo aku, aku bisa buat Kazuki-kun bahagia. Kalo itu kemauannya Kazuki-kun, aku bakal jadi pengantin wanita cantik yang bakal ngelakuin apa aja buat ngebahagiain Kazuki-kun."
Mata kami saling bertatapan. Bola matanya gelap berlumpur. Seperti selokan.
Namun, dia hanya tersenyum dengan raut wajah itu.
Dia mendekatkan wajahnya yang pucat ke wajahku, matanya tidak tersenyum sama sekali, dan memaksa untuk ciuman.
"Udah lupain aja dia. Lupain aja wanita itu. Berpalinglah ke aku. Aku ngga mau lihat Kazuki-kun...... m, menderita lagi. Aku bakal bahagiain kamu. Aku akan ngerawat kamu seumur hidup."
Itu sebabnya, gumamnya, dia berpegang erat padaku dengan mata seperti langit malam di mana bintang-bintang telah sirna. Aku seoranglah satu-satunya yang bisa menolongnya sekarang.
"Hei, pilih aku. Aku ngga bakal pernah ninggalin kamu sendirian. Timbal baliknya, Kazuki-kun juga ngga bakal ninggalin aku sendiri....... Aku, semuanya udah, aku udah buang semuanya. Keluarga, tubuh...... semuanya, aku udah buang semuanya. Jadi, cintai aku...... Aku bakal cintai kamu juga. Aku pasti...... aku pasti bakal...... cintai kamu lebih dari yang dilakuin sama wanita itu...... Jadi tolong, jangan tinggalin aku sendirian...... Tolong. Tolong pilih aku...... pilih aku yang udah berusaha keras sampe sejauh ini. Aku mohooonn."
Regards: Mimin-sama
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
NOTE:
Today, the Imperial Universities are often described as the former Imperial Universities (旧帝国大学, kyū-teikoku daigaku, abbr. : 旧帝大 kyū-teidai), and are viewed as some of the most prestigious in Japan. These former imperial universities are generally perceived as Japan's equivalent of the Ivy League in the United States, Golden Triangle in the United Kingdom, and the C9 League in China. The alumni club of these nine imperial universities is Gakushikai (学士会).
Mungkin kalo disini bisa diibaratkan sistem SNMPTN (tapi SBM/tertulis). Bedanya, diatas itu ujian masuk khusus beberapa univ prestisius, ngga kaya SNM yang PTN senegara.
Mbah Du-chan (Atmin)Makasih udah mampir disini, jangan lupa buat ninggalin jejak.
Kalo ada kesalahan, koreksi, kritik, atau saran, kasih tau mimin di komentar ya~ Sampai ketemu lagi~
Dukung kami dengan memberikan beberapa suntikan BANSOS melalui Trakteer