Cintanya Jauh Lebih Berat Dari Siapapun Bab 6
sumur di ladang: semi nge-raw (kakuyomu)
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
[Bab 6/10]
"Hei, Satou-kun. Apa kamu serius soal bersih-bersihnya?"
"Ya, tapi aku...... kurang tidur."
"Aku bakal bersihin sendiri deh. Kamu tidur aja. Kamu pulang larut tadi malam, kan?"
"Aku ngga bisa biarin Shirakawa ngerjain sendirian."
"Aku pikir itu bakalan kelar lebih cepat kalo aku kerjain sendiri, lho."
Hari Sabtu.
Seperti yang Shirakawa usulkan, hari ini aku harus membersihkan kamarku.
Aku sudah bekerja keras sejak pagi, jadi ini akan selesai pada siang hari.
"Haaah~. Capek banget~. Akhirnya kelar juga~."
"Ini semua berkat aku. Kalo engga, kamar ini bakal tetep kotor."
Aku ingin mendebatnya, tetapi dia ada benarnya, jadi aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Shirakawa memberiku instruksi yang tepat satu demi satu.
Aku beresin bagian sini, kamu yang disana, Satou-kun.
"Ah, bener. Ayo makan siang. Aku udah siapin roti lapis nih!"
Shirakawa Yuna adalah wanita yang kompeten dalam memasak.
Aku tinggal bersamanya selama beberapa hari, dan dia memasak tiga kali sehari.
Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa rasa makanan rumahannya menjerat perutku, karena aku selama ini hanya makan makanan toko dan mie cup saja.
"Fufufu. Satou-kun. Kamu ngga perlu makan buru-buru gitu, lho?"
"Ini salahnya Shirakawa soalnya udah buat makanan yang kelewat lezat."
"I, ihh...... Aku jadi malu."
"Apa rahasianya masakan biar jadi enak?"
"Cinta dong."
Jawab Shirakawa dengan jelas.
Setelah itu, dia tersenyum tipis dan terlihat sangat bahagia.
"Aku nyiapinnya sambil bayangin Satou-kun bakal bilang kalo itu enak."
Keheningan yang panjang.
Terkadang, Shirakawa Yuna akan membuat pernyataan yang berani.
Seolah-olah dia punya sesuatu terhadapku.
"Berhenti mainin cowok ngga menarik ini kenapa."
"Aku serius tau. Aku suka sama kamu, Satou-kun."
"Dengar...... berhenti main-maini...... aku oke."
"Iiih. Aku bener-bener serius tauu!"
Setelah itu wajahnya berubah cemberut.
Ah, gumamku seolah aku ingat sesuatu.
"Hei, Satou-kun. Benda ini apa?"
Apa yang Shirakawa pegang adalah botol transparan.
Ada bubuk putih di dalamnya.
Dia bilang dia menemukannya saat bersih-bersih, tapi aku tak mengenali benda itu sama sekali.
"Gitu ya....... Satou-kun juga ngga tahu. Boleh aku buang?"
Tanpa sadar aku meraih tangan putihnya yang mencoba masukkan benda itu ke dalam kantong sampah.
"Ng, ngga boleh!"
"Eh......? Apa ini benda penting?"
"A, aku ngga tahu, tapi aku pikir itu kayanya penting."
"Hmmm. Yah, kalo kamu bilang gitu, ya...... mau gimana lagi."
Shirakawa memberiku botol itu seoalh dia ingin membuangnya.
"Makasih buat semuanya, Shirakawa. Aku udah cukup bahagia."
Kamarku selesai dibersihkan.
Jadi, ini adalah akhir dari hubungan aneh antara aku dan Shirakawa.
Setidaknya itulah yang kupikir.
"Kamu ngomong apa sih? Ini baru permulaan."
"B, baru permulaan......?"
"Tul. Aku bakal buat kamu bahagia lebih dari sekarang ini."
"Aku rasa aku tidak bisa kasih balesan apa-apa sama kamu."
"Kamu ngga perlu bales apa-apa. Ada di dekat kamu aja udah cukup buat aku."
Kalo gitu, gumamnya, dengan kulit putihnya yang mulus tanpa bekas terbakar sinar matahari.
"Ayo pergi jalan sekarang. Ngomong-ngomong, kamu ngga punya hak buat nolak."
"Eh......? S, sekarang......?"
"Yap. Betul. Orang-orang yang kerja mesti jalan buat main pas liburan."
"Haah. Tapi aku lebih seneng di rumah aja dan nyante."
"Ngomong gitu, tapi kamu tipe yang di rumah aja tiap hari, ya kan?"
Setelah itu, aku menyelesaikan persiapan sederhanaku.
Seorang wanita enerjik yang sedang memeriksa penampilannya di cermin di depan pintu mengeluh kepadaku.
"Buruan, ayo buruan, kamu jangan buat cewek nungguin dong."
"Itu kan keputusan yang tiba-tiba......"
"Segala hal yang terjadi dalam hidup bisa terjadi tiba-tiba, lho."
Shirakawa Yuna meraih lenganku dan dengan paksa membawaku keluar.
Kami berjalan-jalan di depan stasiun dan melihat-lihat tempat-tempat yang menarik perhatian kami.
"Gimana kalo nyoba krep itu? Keliatan enak, ya kan?"
Ya ampun, Aku, si suram, menggaruk kepalaku, sementara dia tersenyum secerah matahari.
"Kamu lebih ceria hari ini."
"Ini kencan pertamaku sama Satou-kun. Aku seneng banget."
Terus ya, gumamnya lagi, menambahkan.
"Aku udah buang semua kenangan soal Satou-kun sama cewek pengganggu itu. Gimana aku ngga bahagia coba? Mulai sekarang, aku bakal sama kamu terus selamanya."
"Kenangan......? Cewek pengganggu......? Shirakawa, apa maksudnya itu?"
"Hmm? Maaf, apa tadi kedengeran? Itu maksudnya cuma aku cinta banget sama kamu, Satou-kun."
Aku mencoba menanyainya, tetapi dia benar-benar mengabaikanku.
Aah, toko kue itu keliatannya enak, atau, disana ada toko buku bekas yang mungkin aja Satou-kun suka, katanya. Yah, itu menyenangkan dan aku baik-baik saja dengan itu. Dan aku tidak berpikir itu sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Hubungan semu antara aku dan Shirakawa Yuna tumbuh semakin hari semakin dalam.
Dia menyiapkanku makan tiga kali sehari.
Pada hari libur kami, kami bahkan pergi berkencan (wajib).
Sepintas, kau mungkin berpikir bahwa hidup kami berjalan mulus.
Namun, di tempat kerja, ketidakmampuanku terlihat sepenuhnya.
"Hei, Satou! Berapa kali aku mesti bilang sih. Kamu orang bodoh!"
"Kalau kau bahkan tak bisa kerjain tugas sederhana, kau gagal sebagai pekerja."
"Siapa pun bisa gantikan kau. Dasar pemakan gaji buta."
"Jangan kerja macem bocah sekolahan. Udah, keluar aja dari sini, Dasar ngga kompeten."
"Kau ini ya, berhenti aja kenapa. Dasar orang suram, bikin jengkel aja!"
"Aku harap kau cepetan berhenti dari pekerjaan ini. Kau bener-bener bikin jengkel."
"Yah, tepatnya. Kenapa kau datang kerja sih? Kau ngga ngasilin apa-apa."
Pelecehan verbal dari bosku meningkat dari hari ke hari.
Aku tak memiliki energi atau keberanian untuk membalas ucapannya, dan itu menggerogoti perasaanku.
Aku sadar kalau aku tidak cocok untuk pekerjaan ini, tetapi aku telah melakukan pekerjaan ini selama lima tahun.
Tidak mungkin bagiku untuk berganti pekerjaan sekarang setelah semua waktu yang kujalani.
Aku menyerah pada pemikiran itu, saat hari terakhirku akhirnya datang.
"Aku mau minta sesuatu darimu, Satou Kazuki. Aku ingin kau suka rela mengundurkan diri."
Aku mendapat sebuah panggilan dari presiden.
Aku bertanya-tanya apa yang dinginkan olehnya, tetapi begitu aku membuka pintu, ini yang kudapat.
Aku bertanya-tanya apakah aku telah melakukan sesuatu yang salah, tetapi tanggapan darinya tidak terduga.
"Ini adalah mufakat semua karyawan. Aku memintamu untuk segera keluar dari perusahaan."
Aku melakukan apa yang diperintahkan, menyerahkan surat pengunduran diriku, dan keluar dari perusahaan.
Aku tahu aku tidak cocok untuk pekerjaan semacam ini.
Aku awalnya mendaftar pekerjaan ini karena aku ingin melarikan diri dari kenyataan.
Eh, kenyataan apa yang sebegitu ingin aku hindari? Aku tak ingat lagi.
Aku tidak punya hal apapun yang ingin aku lakukan, aku hanya berjalan tanpa arah di kota.
Lalu akupun tiba di rumah saat menjelang senja.
"Kamu pulang awal hari ini~ Selamat datang di rumah~, Satou-kun."
Shirakawa Yuna keluar dari pintu seolah-olah dia telah mengantisipasinya.
Dia mengenakan celemek dan memegang centong.
Dia sepertinya sedang memasak sesuatu.
"Apa ada sesuatu? Kamu keliatan ngga baik.......Eh, kamu berhenti dari kerjaanmu?"
"Aku ngga kompeten, jadi aku cuma ngerepotin sama nyebabin gangguan buat orang-orang?"
"Palingan, Shirakawa juga...... bakal ngejek aku, kan?"
“Aku ngga bakal lakuin itu. Aku bener-bener cinta banget sama kamu, Satou-kun!"
Shirakawa Yuna memelukku. Itu adalah pelukan yang sangat hangat dan manusiawi.
"Itu bukan salahnya kamu, Satou-kun. Kamu ngga salah sama sekali. Kamu ada dan hidup aja udah berarti banget."
Soalnya, itu alasannya aku tetap hidup, ucapnya, melingkarkan tangannya dan memelukku.
"'Palingan, Shirakawa cuma bicara doang dan ngga ada tindakan, kan?' Itu ngga bener lho."
"'Kalo gitu, coba buktiin'...... Beneran ngga apa-apa nih? Dengan senang hati kalo gitu."
"Ngga boleh tarik ucapanmu ya. Habis itu jangan bilang apa-apa lagi oke, dilarang, pake banget dilarangnya. Bisa janji?"
Aku tidak ada tanda-tanda mengangguk, jadi dia dengan paksa menggerakkan kepalaku.
Kemudian dia tersenyum dan membelai kepalaku seolah dia sedang menenteramkan seorang anak.
Lalu pada pungkasannya——
Aku didorong jatuh ke tempat tidur, aku tidak kuasa bergerak.
Seorang wanita cantik terbalut dalam pakaian dalam sedang duduk mengangkangi perutku. Wanita cinta pertamaku.
Dia mengenakan bra dan celana dalam berwarna hitam-keunguan, seolah dia telah bersiap untuk mengantisipasi, dan dengan wajahnya yang penuh gairah, dia perlahan-lahan mendekatiku.
"Kamu udah berusaha keras. Aku tahu itu pasti sulit buat kamu. Nah, mulai sekarang aku bakal ngerawat dan nyembuhin kamu banyak-banyak."
Seperti yang dia proklamirkan, dia membawaku terbang melayang dengan kenikmatan surgawi ke langit ke tujuh. (ASW: aku ngelebih-lebihin dikit di bagian ini, awokwokaok.)
"Ufufufu, Satou-kun. Kamu ngecrootinnya didalem banyak banget. Kamu benar-benar nakal, ya, Satou-kun?"
"Aku cukup yakin...... aku bakal hamil nih. Apa itu salah kita ngelakuinnya ngga pake pengaman, ya? Mungkin lebih baik harusnya kita nikmatin berdua lebih lama, ya~?"
"Tapi, gimanapun juga...... toh kita emang udah ditakdirin buat bersatu. Jadi ngga masalah apa itu sekarang atau nanti. Lagian, kalo kita punya bayi...... kamu ngga bakal bisa kabur lagi, Satou-kun."
"Aku cinta sama kamu, Satou-kun, jadi tolong cintai aku lebih dan lebih banyak lagi, ya."
"Satou-kun udah ngga bisa hidup tanpa aku lagi."
"Kita berdua bakal bareng terus selamanya, selama-lama-lama-lama-lama-lamanya."
Regards: Mimin-sama
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
NOTE:
Mbah Du-chan (Atmin)Makasih udah mampir disini, jangan lupa buat ninggalin jejak.
Kalo ada kesalahan, koreksi, kritik, atau saran, kasih tau mimin di komentar ya~ Sampai ketemu lagi~
Dukung kami dengan memberikan beberapa suntikan BANSOS melalui Trakteer