Penyihir Dosa Mematikan v1c35
Posted in
Mahou Gakuen

Arc 1 Pendaftaran ke Akademi Sihir Kerajaan
Keberadaan yang muncul adalah pendosa, sang gadis terlindung dalam sentosa
sumur di ladang: RAW/Kakuyomu
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Ketika Cecilia meluncurkan suar ajaib, kedua instruktur menyaksikan sinyal asap, seperti yang diinginkan Cecilia.
"Sial! Aku benar-benar berharap ini tidak terjadi!"
Caesar segera bangun.
Jika dia pergi secepat yang dia bisa, dia bisa mencapai lokasi asap itu dalam hitungan menit.
Namun, fakta bahwa masalah telah terjadi berarti siswa-siswa dalam bahaya.
Karena itu, desakan untuk sampai ke sana sesegera mungkin mengonsumsi Caesar.
Tapi────
"Ya ampun, ya ampun, mau kemana kau ini?"
Tidak seperti Caesar, Joseph tenang.
Terlepas dari kenyataan bahwa murid-muridnya dalam bahaya, dia tetap santai dan meletakkan tangannya di dagunya.
"Kau! Apa kau tidak lihat sinyal itu?"
"Ee, eee...... Aku bisa melihatnya, oke? Aku bisa melihatnya dengan terang dan jelas────jadi, berdasarkan itu, kemana-kau-mau-pergi?"
Itu adalah jawaban yang sulit dipercaya.
Meskipun dia telah mengkonfirmasi sinyal sihir, dia masih tidak ingin pergi ke sana.
Sungguh pernyataan yang sulit dipercaya dari mulut seorang instruktur.
"Apa kau bercanda? Murid-muridmu dalam bahaya! Kita harus pergi ke sana sekarang juga!"
Wajah Caesar berubah menjadi ekspresi marah.
Tetap saja, Joseph menanggapi kata-kata Caesar dengan pandangan santai pada sinyal asap.
"Hmm...... yah, kau menggila duluan ya? Kurasa aku sedikit lebih cepat dari jadwal......, tapi yah, jadwal adalah jadwal wajar saja untuk melanggarnya."
Kata-kata itu tidak dapat dimengerti oleh Caesar.
Jadi Caesar meraih pedang besarnya dan bersiap-siap untuk bergegas ke tempat itu.
(Ini bukan waktunya untuk berurusan dengan orang ini......!)
Dia entah bagaimana tahu bahwa Joseph pasti tahu sesuatu, pasti terlibat dalam beberapa cara.
Namun, saat mereka di sini saling vertukar tanya-jawab, siswa yang meluncurkan sinyal itu dalam bahaya────jadi dia harus pergi.
Dan lalu────
"Ya ampun, ya ampun, mau kemana kau ini────kupikir aku sudah menanyakan itu padamu?"
Sebuah batu besar meluncur dari tangan Joseph.
Itu ditujukan ke punggung Caesar saat dia berlari────
"Hmph!"
Tapi Caesar berbalik dan menghancurkannya dengan pedang besarnya menjadi berkeping-keping.
Joseph belum selesai sampai di situ. Satu demi satu, dia menembakkan peluru batu tanpa rapalan.
Tak satu pun darinya mencapai Caesar. Itu wajar karena kemampuan kelas-S miliknya.
Namun────
"JOSEEEEEEPH!!! Jangan menghalangikuuUUUUUUUUUUU!!!"
"Jangan bilang hal yang membosankan seperti itu dong......ini pertama kalinya bagiku, menghadapi kelas-S!"
Itu sudah cukup untuk menghentikannya.
Sangat sulit untuk segera ke hutan secepat mungkin saat berhadapan dengan sihir yang dia lepaskan.
Oleh karena itu, Caesar mengemeretakkan giginya.
Frustrasi dan kemarahan berkobar────tepatnya, dia mewujudkan amarah.
"BAJINGAAAAAAAANNNNNNNNNNN!!!"
"Kuhuhuhu......, ayo main sama aku!"
Caesar, yang sangat murka, melemparkan dirinya ke arah Joseph.
♦️♦️♦️
"Haa ...... haa ......!"
Emilia berlari menyusuri hutan.
Dia berlari menembus hutan tanpa mempedulikan ranting-ranting yang sesekali tersangkut dan menyebabkan kulitnya yang putih tergores.
"P......PPUTTTRRRIIIIIIIIIII!!!"
Byrne, yang memanggilnya, membuntutinya di belakang.
Tanpa berpikir, dia mengejar sang putri dengan momentum yang luar biasa, bahkan jika dia menabrak pohon, membidik Emilia.
"Aduhai Duri Biru!"
Emilia berbalik dan mengaktifkan sihir tingkat lanjut.
Kemudian, duri yang tampak seperti terbuat dari es muncul dari daerah itu dan langsung mulai menjerat Byrne.
Duri, yang membanggakan keindahan luar biasa, memiliki jarum yang tak terhitung jumlahnya, dan mereka menusuk Byrne dalam, yang telah berhenti bergerak.
Tapi────
"Grrrrrrrrrrrrrrrr!"
"Apa ini masih jua tidak bagus?"
Berserapah, Emilia mulai berlari melintasi hutan lagi.
Pengekangan dan penghentian juga gagal. Jika ini masalahnya, dia tidak punya pilihan selain menyesuaikan kuda-kudanya dan mencoba lagi.
Namun, Byrne, dalam upaya untuk mencegah Emilia melarikan diri, datang ke arahnya dengan teriakan yang tidak terdengar.
"Tak ter...... TAK TERMAAFKAAANNNNNNNNNNNNNNNNNN!!!"
Dia tidak tahu apa yang Byrne katakan.
Tapi dia mengerti bahwa Byrne mengejar Emilia atas nama kebencian.
(Daku hampir mencapai batas.......!)
Pada tingkat ini, dia mungkin akan kehabisan kekuatan sihir terlebih dahulu.
Jika itu terjadi, Emilia, yang kehilangan kemampuan untuk memperkuat tubuhnya dan menggunakan sihir, akan mudah ditangkap.
Di sisi lain, Byrne sepertinya tidak menggunakan kekuatan sihir apa pun.
Namun, warna rambutnya telah berubah dari emas menjadi merah dan matanya benar-benar menjadi hitam.
"Dia monster.......!"
Dia bahkan tidak tahu bagaimana Byrne berakhir seperti ini.
Namun, dia tidak bisa menanganinya lagi.
"Aduhai Tembok!"
Upaya paling terakhir.
Untuk mengulur waktu, Emilia menciptakan dinding yang lebih tebal, lebih keras, dan lebih lebar di depan Byrne.
Dia menggunakan mananya sepenuhnya, hanya untuk mengulur waktu sampai dia datang.
Emilia mengeluarkan kristal dari sakunya.
Dan tepat saat dia hendak menghancurkannya ke tanah dengan sekuat tenaga────
"PPPUUUUUTTTTTRRRRRRIIIIIIIIIIIIIIII!!!"
"Ap?"
Dengan mudah, dinding itu hancur dengan teriakan yang mengerikan.
Kemudian, dengan merangsek menuju Emilia yang terkejut......, lengan Byrne yang membesar akhirnya meraih dada Emilia.
"Grrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr!"
"Gahaaa...!"
Dampak itu menyebabkan Emilia menjatuhkan kristal yang diberikan Julis padanya.
Akibatnya, kristal itu hancur, tetapi sebaliknya, Emilia ditangkap oleh Byrne dan menabrak pohon dengan tubuhnya.
"......!"
Rasa sakit yang parah menyerang punggungnya.
Itu adalah rasa sakit yang belum pernah dia alami sebelumnya. Dia belum pernah mengalami rasa sakit seperti itu ketika dia tinggal di istana.
Byrne kemudian meraih Emilia dan mengayunkannya dengan sekuat tenaga, melemparkannya langsung ke pohon lain.
"~~~!!!"
Emilia terlempar dan menabrak pohon lain.
Dia menghindari cedera fatal dengan melindungi kepalanya dan memukul punggungnya, tetapi beberapa tulangnya masih patah.
(Sakit ...... Amat....... Sakit)
Dia merasa ingin menangis.
Bahkan bagiku, daku tidak menjadi seorang tuan putri karena daku menginginkannya, maupun menjadi orang yang dibenci.
Tetap saja, daku hanya berusaha memenuhi tanggung jawab...... sebagai seorang tuan putri.
Daku menjadi umpan......bukan karena daku menginginkannya.
Daku menjadi orang yang dibenci......bukan karena daku menginginkannya.
Daku menjadi seorang tuan putri...... bukan karena daku menginginkannya.
Emilia dalam kesakitan dan pikirannya menjadi semakin negatif.
(Daku juga ingin...... menjadi seorang gadis normal.......)
Jika dia bukan seorang putri, mungkin dia tidak akan berada dalam bahaya seperti ini.
Sekarang, dalam kenyataan ini...... membuat Emilia yang tenang tidak bisa tetap tenang.
"Gugaaaa...."
Mungkin karena dia berhasil menangkap Emilia, kegilaan Byrne yang sebelumnya menjadi mereda, dan dia perlahan membalikkan kakinya ke arah Emilia.
Seluruh tubuh Emilia kesakitan dan dia tidak bisa menggunakan kekuatan sebanyak yang dia mau, meskipun dia ingin melarikan diri.
"Fufu......"
Monster itu mendekat.
Namun Emilia tertawa.
Itu bukan karena dia sudah menyerah.
Itu bukan karena dia hancur karena ketakutan.
Dia tahu dia bukan seorang putri yang ada dalam cerita dongeng.
Meski begitu, itu mungkin sesuatu yang gadis biasa..... tidak bisa alami.
Dan itu adalah────
"Buat nyiksa gadis lemah kaya gitu santainya────bukannya itu sombong?"
BOOOOMMMM!!!
Dengan benturan keras, suara anak laki-laki bisa terdengar.
Pada saat itu, tubuh Byrne dihempaskan ke pepohonan di seberang Emilia.
Suara vegetasi patah dan hancur mengikuti.
Kemudian anak laki-laki itu muncul, dengan wajah menyesal, dan ekspresinya muram.
"Salahku...... gara-gara terlambat."
"Tidak...... tidak apa-apa."
"Ngga, sama sekali ngga tidak apa-apa."
Julis menatap tubuh Emilia.
Pakaiannya compang-camping dan ada bekas luka dan darah yang terlihat di beberapa tempat.
"Aku bakal minta Cecilia buat nyembuhinmu nanti...... Seorang gadis harusnya ngga punya bekas luka."
"......Ya ampun? Engkau baik sekali."
"Diem────Duduk saja di sana terus tonton yang tenang."
Julis menoleh ke depan.
Punggungnya kokoh, dan Emilia merasakan rasa aman di sana.
"Grrrrrrrrrrrrrr!"
Byrne bangkit dari pepohonan.
Keheranan seharusnya ada, tapi cukup misteriusnya...... tidak ada rasa takut yang muncul di benak Emilia.
"Biar aku tunjukin arogansi yang sebenarnya gimana────"
Julis dengan tidak sopan merentangkan tangannya.
Sosoknya begitu tak berdaya sehingga seolah melambangkan kesombongan.
......Tidak mungkin bagi seorang gadis biasa untuk mengalaminya.
Sukacita...... bahwa dia tiba-tiba muncul pada saat dibutuhkan dan menyelamatkannya.
"Dosa mematikan mana yang cocok sama kau ya, aku penasaran?"
Penyihir dosa mematikan berdiri melawan sosok jahat untuk melindungi seorang gadis dengan cara yang sinting.
[Bersambung]
Regards: Mimin-sama
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
NOTE:
Anjir, udah sebulan engga update 😅
Mbah Du-chan (Atmin)Makasih udah mampir disini, jangan lupa buat ninggalin jejak.
Kalo ada kesalahan, koreksi, kritik, atau saran, kasih tau mimin di komentar ya~ Sampai ketemu lagi~
Dukung kami dengan memberikan beberapa suntikan BANSOS melalui Trakteer