Cintanya Jauh Lebih Berat Dari Siapapun Bab 2
sumur di ladang: HAAAHHHH
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
[Bab 2/10]
Shirakawa Yuna adalah gejolak mudaku.
Aku tergila-gila padanya di kala SMA.
Kami berada di kelas yang sama di tahun pertama dan kedua SMA.
Kami bahkan beberapa kali duduk bersebelahan.
Dia selalu memberikan senyuman padaku, sosok yang selalu membaca dan tidak cocok dengan kelas. Aku yang belum pernah berbicara dengan seorang gadis dengan benar, mendapati jantungku menjadi berdegup kencang, meski begitu Yuna Shirakawa mendekatkan wajahnya tanpa mengetahui pikiranku.
Sungguh, aku tidak ingin seorang gadis cantik sepertinya mendekati seorang anak lelaki yang membosankan.
Aku pada akhirnya mengutarakan perasaanku kepadanya, berpikir dia juga menyukaiku, dan kemudian hasilnya dia menolakku. Sumbernya adalah aku.
"Jadi, apa tujuanmu? MLM? Agama? Atau framing?" (TLN: Aslinya Gambar/Picture, udah cek ulang ke raw masih bingung.)
Aku bertemu cinta pertamaku lagi di toko buku bekas.
Setelah itu, kami memutuskan untuk makan malam bersama.
Kupikir itu akan cukup jika kami hanya pergi ke restoran cepat saji terdekat, tetapi kami malah berakhir di restoran Prancis. Aku khawatir tentang tagihannya, tetapi karena saya mengatakan "dimana saja boleh", aku tak punya pilihan selain menghabiskan sedikit tabunganku.
Kurasa aku akan hidup dengan bergantung pada tauge mulai besok.
Di dalam restoran, musik klasik yang bergaya sedang dimainkan, dan pria dan wanita yang tampak seperti orang dewasa karir sedang mengobrol dengan anggur di tangan mereka. Mereka mungkin sedang membicarakan cinta mereka satu sama lain.
"Apa kamu ngga mau makan? Aku mesennya buat kamu lho."
Shirakawa sedang makan dengan pisau dan garpu di tangannya.
Aku pernah mendengar bahwa itu sangat artistik, tetapi aku lebih suka mereka menaruh sausnya pada daging atau ikan.
Aku tidak tahu apa yang dia coba lakukan dengan menuangkan saus di piring kosong.
"Jika aku makan...... aku ngga punya jalan buat kabur lagi, kan?"
"Apa, apa aku buat bikin takut?"
"Aku bakal dibuat kerja di bawah tanah, kan?"
"Hahaha. Engga, ngga bakal. Aku bukan wanita penjebak, oke."
"Terus kenapa......? Ngincer organ dalemku?"
Saat aku berhubungan dengan teman sekelas dahulu, aku biasanya berbicara tentang hal-hal yang tidak berfaedah.
Setelah mendengarkanku dengan seksama, mereka mengangguk, lalu menggumamkan sesuatu seperti, "Hidup ini sulit, ya kan?", "Hidup bener-bener rumit dah." yang tampaknya menjadi masalah bagi lebih dari separuh umat manusia, dan kemudian membahas tentang urusan lucu.
[Sebenernya, gue punya tawaran yang menggiurkan banget buat loe. Apa kamu mau beli properti?]
[Gue punya kasur yang membantu tidur lebih nyenyak, mau beli? Gue udah pake, enak banget lho. Loe mesti coba juga, Satou-chan.]
[Air ini sebenarnya dari Mars lho. Loe bisa rasain kekuatan alam semesta. Air nih ngisi diriku sama kekuatan. Loe pengen juga, kan? Loe bisa pake air biasa juga-------.]
"Jangan gitu keras kepala ih. Perutmu udah keruyukan tuh."
Sungguh memalukan, cacing-cacing diperutku melakukan demo.
Aku bisa mencium aroma lezat yang melayang di udara. Tidak mungkin aku bisa menolaknya.
"Nih, makan!"
Shirakawa Yuna mengarahkan garpunya ke arahku. Ada peterseli disana.
"Aku suapin, ayo buka mulutmu!"
"Aku bukan bocah yang mesti disuapin!"
"Dengerin, kamu mesti makan banyak buat jaga kekuatan!"
"Kamu cuma ngga mau makan peterseli doang, kan?"
Aku tidak yakin apakah itu tepat sasaran atau tidak, tapi ekspresi Shirakawa Yuna sedikit menegang.
"Jangan nguliahin aku sial apa yang aku suka sama nggak suka. Kamu mesti makan peterseli."
"Ben..., bentar... jangan maksain aku makan peterseli!"
Setelah aku memakannya, aku bahkan jadi lebih ingin makan dari sebelumnya.
Maksudku, aku tidak ingin punya rasa peterseli tertinggal di mulutku.
Kurasa aku tidak punya pilihan lain.
Meyakinkan diri, yakin bahwa ini adalah jebakan, aku memakan set penuh hidangan yang datang satu demi satu.
"Kamu cowok, gimanapun juga ya? Kamu makan banyak banget."
"Aku belum makan apa-apa dari kemarin pagi."
"...... Dari kemarin pagi? Artinya...?"
"Aku lagi menghemat. Kita bisa menghemat uang kalo makan tiap dua hari sekali, kan?"
"Bisa kamu ceritain lebih banyak soal kesehariannya kamu, Satou-kun?"
Aku tidak tahu apa yang tujuan Shirakawa Yuna.
Tetapi jika itu uang, yah, aku bisa memberitahu kalau aku tidak punya.
Kupikir ini akan menjadi akhir dari hubungan antara aku dan Shirakawa Yuna.
"Aku ngga bakal biarin."
"Apah......?"
"Aku ngga bakal biarin kamu hidup kaya gitu. Sama sekali ngga bakal."
"Maaf......?"
"Selama ada aku, aku mau Satou-kun jalanin kehidupan yang bahagia."
Regards: Mimin-sama
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =
NOTE:
Mbah Du-chan (Atmin)Makasih udah mampir disini, jangan lupa buat ninggalin jejak.
Kalo ada kesalahan, koreksi, kritik, atau saran, kasih tau mimin di komentar ya~ Sampai ketemu lagi~
Dukung kami dengan memberikan beberapa suntikan BANSOS melalui Trakteer